Jumat, 14 Maret 2008

Doa Untuk Tuhan

Hampir tiap insan manusia di dunia ini selalu mempunyai keinginan dalam hidupnya, sebagian besar pula selalu berusaha keras untuk mewujudkannya dengan berbagai cara, termasuk dengan berdoa.
Dalam doa tersebut kita dengan tekun selalu memohon apapun yang menjadi cita kita agar dapat terwujud. Dari sekian doa yang terpanjatkan terkadang kita lupa untuk mengucapkan doa yang mendasar yang hakiki, baik untuk diri kita sendiri, keluarga atau bahkan anak cucu kita nantinya.
Seorang jendral besar dari suatu negara besar pernah berucap sebuah doa yang menyentuh kalbu kita. Doa yang membuat kita merenung tentang perjalanan hidup kita sebagai manusia dalam mencapai apa yang kita cita dan cintakan.

Doa untuk Putraku Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.
Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.
Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.
Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.
Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar
untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.
Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.
Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.
Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah namun tak pernah melupakan masa lampau.
Dan, setelah semua menjadi miliknya...
Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...
Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...
Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...
Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"


sumber : www.andriewongso.com

Tidak ada komentar: