Kamis, 31 Januari 2008

Cerita Dari Sebuah Warung Kecil

Alkisah di samping kiri bengkel ada sebuah warung kecil yang dikelola oleh seorang yang akrab dipanggil dengan sapaan Mbah Sarip.
Warung ini menjual nasi dengan lauk khas sayur tahu dan makanan kecil lainnya. Yang unik dari warung ini adalah setiap pagi selalu menjadi tempat berkumpulnya para renternir kecil kecilan yang biasa disebut Bank Plecit :)
Pingin pinjam uang syaratnya cuma fotokopi KTp dan sebutkan kebutuhannya (asal jangan butuh buat KPR ya hehe). Angsurannya pun juga harian...

Nah, disini yang akan saya bahas, termasuk si pemilik warung alias Mbah Sarip ini juga punya pinjaman di Bank Plecit ini, namun sepanjang yang saya amati (karna kadang kalo pagi saya nongkrong juga di warung ini) Mbah Sarip jarang sekali membayar angsurannya tapi malah dapat lebih dari para Bank Plecit ini.
Kenapa...?
Ternyata begitu para Bank Plecit ini datang, langsung dengan spontan dirayu dan ditawari dengan berbagai macam dagangannya. Mulai dari " Ayo mas sarapan sik.... ben semangat sik nyambut gawe..." Dan pastinya para Bank Plecit ini selalu meng iyakan tawaran tersebut. Sampai teruuusss ditambahi dengan tawaran kopi panas, rokok, gorengan, atau yang lainnya.
Nah setelah kenyang tinggal deh Mbah Sarip menghitung dan ya itu tadi Mbah Sarip jarang mengangsur hehe dalam arti angsuran dalam bentuk fresh money.
Yang saya mabil dari sini adalah ternyata hal kecil sperti ini jarang kita lakukan atau tidak kita sadari ketika kita berhadapan dengan calon klien atau konsumen kita :)
Kita hanya ke fokus salah satu produk yang diminati konsumen dan lupa mencoba menawarkan produk lainnya :)

Tidak ada komentar: